Rabu, 05 Februari 2014

PRAMUKA






BANGGA MENJADI PRAMUKA INDONESIA

“Bangga menjadi Pramuka Indonesia.” Kalimat tersebut dijadikan semboyan dalam pencitraan Gerakan Pramuka yang dimotori oleh salah satu Kwartir Daerah di Indonesia. Kita sebagai anggota suatu organisasi memang harus bangga terhadap apa yang sedang kita tekuni, kita jalani, dan kita jadikan wadah pengembangan diri. Memilih Gerakan Pramuka sebagai organisasi yang menjembatani antara masa anak-anak kita, menyeberangi masa remaja kita, dan meniti menuju masa dewasa tentu saja adalah salah satu pilihan terbaik yang dimiliki para pemuda, terutama pemuda Indonesia. Para insan pramuka tentunya masih mengingat betul alasan kedatangan Raja Swiss ke Indonesia khususnya ke Kwarda DIY dan Kwartir Cabang Kabupaten Magelang awal tahun 2012 kemarin. Menurut pandangan beliau Gerakan Pramuka adalah organisasi yang pantas mendapatkan julukan “Mesangger Of Peace”. Pembawa misi perdamaian. Kenapa? Karena kita tahu sendiri bahwa Gerakan Pramuka selain berasaskan Pancasila yang menyemaikan nilai-nilai luhur bangsa, organisasi yang dipimpin oleh Mantan Menteri Kesehatan ini juga tidak pernah memberikan celah-celah tumbuhnya bibit politik di dalamnya. Pramuka netral dalam artian yang sesungguhnya. Merupakan hal yang amat menyalahi asas dan prinsip yang sudah dipahami bersama jika pada unsur kegiatannya, pada visi pelaksanaannya, dan pada orientasi pembinaannya dibumbui “politik praktis”. Selain karena Gerakan Pramuka merupakan organisasi nonpolitik, organisasi ini juga memiliki struktur yang mengakar dengan Pemerintah dari jajaran nasional sampai pedesaan sehingga menyentuh hampir semua lapisan masyarakat. Mulai dari jabatan Ketua Majelis Pembimbing Nasional yang dirangkap oleh Presiden sampai dengan Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan yang pada umumnya dirangkap oleh Kepala Sekolah. Pramuka menjadi konsumsi yang terus dibutuhkan oleh para anak-anak, pemuda, maupun para pakar pendidikan atau kepemudaan di daerahnya. Mengapa? Karena meskipun sistem strutural Pramuka terintegrasi dengan Pemerintahan, namun pelaksanaan kegiatannya memiliki metode-metode yang jauh lebih fleksibel seperti Pendidikan di luar ruangan, belajar sambil melakukan, pengamalan sistem among, dan sebagainya. Betul sekali. Pramuka sangat portable, seperti filosofi pohon kelapa yang dapat tumbuh dimana-mana, Pramuka sangat sesuai apabila diterapkan sebagai pendidikan di lapangan, namun juga tidak kalah proporsional jika harus dituntut formal apabila bersinggungan dengan pejabat-pejabat sepaket dengan protokolernya yang begitu disiplin menginginkan performa terbaik. Dan yang patut kalian banggakan lagi adalah Gerakan Pramuka merupakan satu-satunya organisasi yang diberi amanah untuk mengenakan bendera kebangsaan di seragam hariannya dalam bentuk setangan leher dan pita leher merah putih. Kita bandingkan saja dengan para tentara dan polisi dimana mereka merupakan tonggak pertahanan dan ketertiban bangsa Indonesia. Mereka bekerja siang dan malam, mengamankan, menertibkan, mempertahankan, berjuang, bahkan tak sedikit yang mengorbankan banyak hal termasuk harta, benda, waktu sampai nyawa demi negara. Sudah selayaknya kita bangga mengenakan seragam pramuka dengan berkalung setangan leher, karena orang-orang yang berjuang demi negara (baca: polisi dan tentara) saja tidak mendapat kehormatan untuk mengenakan merah putih di dadanya. Tapi kita, sebagai anggota gerakan pramuka kadang malah menganggap kain merah dan putih itu mengganggu atau bahkan membuat kita tidak nyaman beraktifitas apabila terus mengenakannya. Sekali lagi, seharusnya kita bangga diberi kesempatan untuk terus dan tetap menjaga simbol kemerdekaan bangsa kita yakni merah putih. Bahkan aturan untuk mengenakannya di leher menyimpan filosofi yang sangat mendalam yakni diharapkan dengan adanya merah putih yang ‘mengikat’ leher kita, kita memiliki kendali dalam berperilaku agar selalu dapat menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar kita. Merah putih di leher kita juga merupakan satu pesan dari para pendiri Gerakan Pramuka bahwa “anggota Gerakan Pramuka merupakan lapis kedua dari pertahanan bangsa, setelah Tentara Nasional Indonesia.” Luar biasa! Sekarang tanyakan pada diri kita, sudahkah kita menghargai setangan leher dan pita leher sebagai amanah estafet pertahanan bangsa? Pertahanan yang tidak hanya dinilai dari fisik saja, tapi juga pertahanan dalam hal sosial, budaya, pendidikan, dan masih banyak lagi. Gerakan Pramuka memang bukan segalanya tapi segalanya ada di Gerakan Pramuka. Pernyataan itu sangat tepat ketika kita mulai merambah ke dunia ke-Sakaan. Satuan Karya merupakan wadah pengembangan bakat dan minat anggota Gerakan Pramuka pada suatu bidang tertentu. Kenapa semuanya ada di Pramuka? Karena hampir semua aspek yang dinilai kontributif untuk bangsa terintegrasi dalam satuan karya. Bagi anggota Pramuka yang menyukai dunia militer, ada Saka Wirakartika yang siap membagi ilmu survival, navigasi darat, mountaineering dan berbagai keterampilan lain. Bagi yang tertarik dengan aeromodelling ada Saka Dirgantara yang menampung para calon perancang pesawat masa depan. Bagi yang tertarik dengan kelautan, Saka Bahari siap menjadi wadah pengembangan diri. Ada Saka Bhayangkara yang aksinya sudah tidak diragukan lagi untuk mengamankan dan menertibkan masyarakat di bawah bimbingan Kepolisian Negara Indonesia. Saka Bakti Husada bagi para anggota Gerakan Pramuka yang berminat dengan kesehatan. Saka Wanabakti, menampung anggota Gerakan Pramuka yang memiliki passion di bidang kehutanan,dan masih banyak Saka lain yang tentunya mampu mewadahi aktifitas kita, mampu mengembangkan kemampuan kita, dan yang terpenting adalah mampu memfasilitasi peran serta kita dalam membangun masyarakat sejak dini. Nah, satuan karya apa yang kalian minati? Apabila dijelaskan satu persatu, banyak sekali hal-hal yang membuat kita semakin bangga menjadi anggota Gerakan Pramuka. Namun tentunya masing-masing pribadi memiliki kebanggaan tersendiri dengan organisasi berjenjang ini. Mungkin hal terakhir yang bisa kita bahas mengenai kebanggaan sebagai anggota Gerakan Pramuka adalah mulai tersadarnya Pimpinan Bangsa kita (baca:Pak Presiden) mengenai seberapa pentingnya Gerakan Pramuka sebagai benteng perlindungan terhadap imbas negatif globalisasi sosial, budaya, dan teknologi yang menimpa remaja saat ini. Dengan ‘menitipkan’ amanahnya kepada Menteri Pemuda dan Olahraga dan Menteri Pendidikan, setidaknya SBY mengawali Revitalisasi Gerakan Pramuka dengan rapi semenjak tahun 2006 sampai pada disahkannya UU No. 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka sudah mendapatkan perhatian dari seantero negeri. Mari buktikan bahwa kita sebagai anggota Gerakan Pramuka mampu menjadi Messanger Of Peace sekaligus kontributor Pembangunan Moral bangsa. Buktikan bahwa Gerakan Pramuka adalah solusi bagi dekadensi moral yang sedang menjadi fenomena gunung es di Indonesia. Buktikan pula dengan sederhana, bahwa anggota Gerakan Pramuka mampu menjadi teladan di lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Buktikan bahwa kalian bangga menjadi Pramuka! Oleh: Hafizhah Lukitasari penulis adalah Anggota Dewan Kerja Daerah Kwartir Daerah jawa Tengah Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar